Oleh: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Kadang-kadang sebagian kaum muslim yang berpendapat diperbolehkannya memperingati maulid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersandarkan pada beberapa syubuhat (alasan-alasan rancu), diantaranya:
1. Anggapan mereka bahwa peringatan tersebut merupakan bentuk pengagungan terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Jawaban: "Sesungguhnya pengagungan terhadap beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan cara menta'ati beliau shallallahu 'alaihi wasallam, mengerjakan perintah beliau shallallahu 'alaihi wasallam, menjauhi larangan beliau shallallahu 'alaihi wasallam, bukan pengagungan beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan perbuatan bid'ah atau khurafat atau maksiat.
Para shahabat Nabi Muhammad radhiyallahu 'anhum adalah manusia-manusia yang paling mengagungkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dari seluruh manusia.
Sebagaimana perkataan 'Urwah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu kepada orang-orang Quraisy:
أَىْ قَوْمِ ، وَاللَّهِ لَقَدْ وَفَدْتُ عَلَى الْمُلُوكِ ، وَوَفَدْتُ عَلَى قَيْصَرَ وَكِسْرَى وَالنَّجَاشِىِّ وَاللَّهِ إِنْ رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ ، يُعَظِّمُهُ أَصْحَابُهُ مَا يُعَظِّمُ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ - صلى الله عليه وسلم - مُحَمَّدًا ، وَاللَّهِ إِنْ تَنَخَّمَ نُخَامَةً إِلاَّ وَقَعَتْ فِى كَفِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ ، فَدَلَكَ بِهَا وَجْهَهُ وَجِلْدَهُ ، وَإِذَا أَمَرَهُمُ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ ، وَإِذَا تَكَلَّمَ خَفَضُوا أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَهُ ، وَمَا يُحِدُّونَ إِلَيْهِ النَّظَرَ تَعْظِيمًا لَهُ …،
Artinya: "Wahai Kaum, demi Allah, aku telah mendatangi para raja, Kaisar Romawi dan Kisra serta An Najasyi, demi Allah tidak pernah aku lihat seorangpun dari raja diagungkan oleh para pengikutnya lebih daripada pengagungan para shahabat Muhammad kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, demi Allah, tidaklah beliau meludah kecuali ludah itu ditelapak tangan salah satu diantara mereka (para shahabat), lalu dengan ludah tersebut ia mengusap wajah dan tubuhnya. Dan jika beliau perintahkan mereka maka langsung bergegas mereka kerjakan perintah beliau tersebut. Jika beliau berwudhu-' mereka hampir-hampir saling membunuh agar bisa berwudhu-' dari bekas air wudhu-' beliau. Jika berbicara, mereka merendahkan suara dihadapan beliau. Dan mereka tidak memandang beliau dengan leluasa karena penghormatan kepada beliau". HR. Bukhari, no. 2731 .
TETAPI, DENGAN PENGAGUNGAN SEDEMIKIAN RUPA MEREKA (PARA SHAHABAT radhiyallahu 'anhum) TIDAK MEMPERINGATI HARI KELAHIRAN BELIAU shallallahu 'alaihi wasallam DAN TIDAK BERKUMPUL ATASNYA.
2. Beralasan bahwa memperingati maulid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah amalan mayoritas kaum muslim di kebanyakan negara.
Jawaban: "Bahwa hujjah (landasan untuk beramal) adalah berdasarkan apa yang datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan yang telah datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah pelarangan berbuat bid'ah secara umum, dan peringatan maulid ini termasuk dari bid'ah tersebut.
Dan amalan manusia jika berselisihan dengan dalil maka bukanlah sebagai landasan dari sebuah amal shalih, meskipun mereka yang melakukannya jumlahnya banyak, Allah Ta'ala berfirman:
{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ }
Artinya: "Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya dan mereka tidak lain hanyalah mengikuti perasangka belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)". QS. Al An'am: 116.
3. Mereka mengatakan: "Peringatan maulid menumbuhkan perasaan untuk selalu mengingat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Jawaban: "Bagi seorang muslim mengingat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu berulang, dan selalu ingat dengan beliau setiap kali disebutkan nama beliau shallallahu 'alaihi wasallam, baik ketika adzan, iqamah, khotbah, setiap kali seorang muslim mengucapkannya setelah berwudhu', di dalam shalat, setiap kali bershalawat, setiap kali mengerjakan amal shalih yang wajib ataupun yang sunnah yang disyari'atkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, jadi ia selalu mengingat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Demikianlah seorang muslim selalu memperbarahui ingatannya terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan selalu berkaitan dengan beliau shallallahu 'alaihi wasallam sepanjang siang dan malam, selama hidupnya dengan cara yang disyari'atkan oleh Allah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak mengingatnya hanya pada hari kelahiran beliau saja.
Dan jika hal tersebut termasuk perbuatan bid'ah dan menyelisihi sunnah beliau shallallahu 'alaihi wasallam maka hal tersebutpun menjauhkannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliaupun berlepas diri darinya.
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak membutuhkan peringatan yang bid'ah ini, karena Allah Ta'ala sudah mensyari'atkan untuk mengagungkan beliau dan memuliakan beliau, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
{ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ}
Artinya: "Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu?". QS. Asy Syarh: 4.
Jadi, tidaklah disebut nama Allah Ta'ala ketika adzan, iqamah atau khuthbah kecuali disebutkan nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam setelahnya dan cukuplah itu sebagai pengagungan dan kecintaan dan pembaharuan untuk selalu mengingatnya dan perintah untuk selalu mengikutinya.
Allah Ta'ala di dalam Al Quran tidak memuji beliau shallalahu 'alaihi wasallam dengan menyebutkan hari kelahiran beliau shallallahu 'alaihi wasallam, tetapi Allah Ta'ala memuji beliau shallallahu 'alihi wasallam dengan menyebutkan pengutusan beliau (sebagai Nabi dan Rasul). Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ} [آل عمران: 164]
Artinya: "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri". QS. Ali Imran: 164.
{هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ}
Artinya: "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka". QS. Al Jumah: 2.
4. Anggapan bahwa memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah diprakarsai oleh raja yang adil dan alim yang bermaksud dengannya mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.
Jawaban: "Sebuah perbuatan bid'ah tidak diterima walau dari siapapun. Baiknya niat tidak bisa menjadikan amalan buruk menjadi amalan shalih, dan keberadaan ia sebagai seorang raja yang alim dan adil tidak menunjukkan akan lepasnya ia dari sebuah kesalahan, artinya ia tidak ma'shum.
5. Anggapan bahwa perayaan maulid termasuk dari bid'ah hasanah karena menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas keberadaan seorang Nabi yang mulia ini!
Jawaban: "Tidak ada di dalam sebuah perbuatan bid'ah sesuatu yang hasanah, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ ».
Artinya: "Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru di dalam perkara kami ini yang bukan darinya maka ia (amalan tersebut) tertolak". HR. Bukhari, no. 2697.
«إِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ».
Artinya: "Sesungguhnya setiap bid'ah itu sesat." HR. Ahmad, 4/126 dan Tirmidzi, no. 2676.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghukumi atas seluruh bid'ah bahwasanya ia adalah sesat lalu datang si fulan dengan enaknya ia mengatakan: "Tidak semua bid'ah itu sesat, tapi ada bid'ah hasanah!"
Baca selengkapnya: http://moslemsunnah.wordpress.com/2011/02/14/nasehat-bagi-yang-mencintai-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-dengan-merayakan-maulid/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar